Disusun Oleh:
|
10511907
|
|
15511227
|
|
15511993
|
|
16511719
|
3PA06
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
KEKUASAAN DAN STRESS
1. Kekuasaan
A. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan
adalah kemampuan
untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah
sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti
kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan
tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Secara
umum ada dua bentuk kekuasaan:
1. Kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari
para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan
terikat pada pemimpin.
2. Kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari
wewenang formal organisasi, besarnya kekuasaan ini tergantung pada besarnya
pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
B. Sumber-sumber
Kekuasaan
Kekuasaan
berkaitan erat dengan pengaruh (influence) yaitu tindakan atau contoh tingkah laku
yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku orang lain atau kelompok. Kekuasaan
tidak begitu saja diperoleh individu, ada 6 sumber kekuasaan menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :
1.
Kekuasaan
balas jasa (reward power)
Kekuasaan yang didasarkan pada
kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain
yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampai senioritas atau
persahabatan)
2.
Kekuasaan
paksaan (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan pada
kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi
perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).
3.
Kekuasaan
sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh
berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan seseorang yang
dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh sampai pada
batas tertentu.
4.
Kekuasaan
keahlian (expert power)
Kekuasaan yang didasarkan pada
persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau
pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi.
(professional atau tenaga ahli).
1.
Kekuasaan
panutan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi pemberi pengaruh
yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma, keberanian,
simpatik dan lain-lain).
2.
Kekuasaan
Pengendalian Informasi (Control Of Information power)
Berasal dari pengetahuan yang
tidak dimiliki orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan
informasi yang dibutuhkan.
1. Definisi
Stres
Pada awal mulanya stres
berasal dari istilah yang dipakai dalam ilmu metalurgi, dimana lempengan logam
yang menahan beban timbangan dinamakan stres. Dikemudian hari kata stres ini
diadopsi oleh dunia medis ketika seseorang yang mengalami gangguan syaraf,
dikatakan dalam kondisi stres. Sarafino (dalam Saefulloh, 2008) mengartikan
stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan
lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal
dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang.
Menurut J.P. Chaplin dalam
Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan tertekan,
baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada diungkapkan oleh Atkinson
(dalam Basuki, 2008) stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa
yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya.
Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stres dinamakan stressor. Sementara reaksi orang
terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon
stres, atau secara singkat disebut stres.
Menurut Lazarus (dalam
Basuki, 2008) stress adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita
menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan
psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.
Dari pengertian-pengertian
yang telah diungkapkan diatas, maka dapat disimpulkan stres adalah respon
individu terhadap kejadian, peristiwa, dan stimulasi yang mengancam dan
mengganggu seseorang akibat tuntutan beban yang dialami seseorang dan individu
tidak bisa menanganinya karena diluar kemampuannya.
2.
Sumber
Stres
Sumber
stres (stressor) adalah situasi atau
lingkungan yang dianggap mengancam atau berbahaya akan memunculkan tekanan terhadap individu. Asterita
(dalam Cotton, 1990) menyebutkan bahwa stressor
dapat berupa:
a. Stressor fisik,
misalnya polusi, temperatur, atau keterpaparan terhadap penyakit.
b. Stressor psikologis, yang berkaitan dengan reaksi internal
individu, seperti pemikiran dan perasaan tentang kondisi yang dianggap
mengancam
c. Stressor psikososial, yang didapatkan dari interaksi
psikososial, misalnya dengan keluarga,
rekan kerja ataupun adanya isolasi sosial.
Sedangkan menurut Selye (dalam Greenberg,
2002) menjelaskan bahwa sumber stres tidak selamanya berasal dari hal yang
buruk, yang disebut distress (misalnya kematian orang terkasih atau pemecatan).
Ia menyebutkan istilah eustress, yaitu sumber stres yang berasal dari hal
positif (misalnya pernikahan atau promosi kerja).
Lebih lanjut Greenberg (2002) menggolongkan beberapa situasi
spesifik yang seringkali menimbulkan stres, yaitu:
a. Stres pada dunia edukasi, terutama mahasiswa
b. Stres dalam kehidupan rumah tangga, stres pada orang tua;
c. Stres pada dunia pekerjaan (stres kerja).
3.
Stres
Kerja
Stress
kerja merupakan akumulasi dari berbagai stressor
(sumber stres), situasi yang terkait dengan pekerjaan, yang dianggap menekan
oleh individu (Ross & Altmaier, 1994) Menurut Beehr dan Newman (dalam Ross
& Altmaier,1994), terdapat 3 kategori simptom yang muncul ketika seseorang
mengalami stres kerja, yaitu:
a.
Simptom psikologis merupakan masalah emosional dan
kognitif yang muncul dalam kondisi stres
kerja. Salah satu konsekuensi yang kerap muncul adalah job dissatisfaction (ketidakpuasan kerja), dimana individu akan
merasa tidak puas dengan pekerjaannya, tidak menyukai datang ke tempat kerja
dan tidak menemukan alasan untuk menunjukkan performa baik dalam pekerjaannya.Simptom
psikologis lainnya adalah kecemasan, depresi, kebosanan, dan perasaan marah.
b.
Simptom fisik lebih sulit untuk didefinisikan karena
sulit diketahui seberapa jauh penyakit disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri,
tanpa adanya aspek lain dalam kehidupan individu tersebut. Akan tetapi, salah
satu simptom kesehatan fisik yang umum diketahui adalah penyakit cadio-vascular, gangguan pencernaan,
pernapasan, alergi, gangguan tidur, dan sakit kepala.
c. Simptom
tingkah laku dapat muncul lewat dua kategori, yaitu simptom yang berdampak
langsung pada pekerja, seperti menghindari pekerjaan, mengonsumsi alkohol atau
bersikap agresif pada pekerja lainnya serta simptom yang berdampak pada
organisasi, misalnya keluarnya individu dari pekerjaan, hilangnya produktivitas
pekerja, dan absen dari pekerjaan yang dimiliki.
1.
Pendekatan
Stres
Manajemen
dituntut mengatasi stres yang ada dalam organisasi dengan 2 pendekatan yaitu
individual dan organisasional kearah pengelolaan stres dengan mengidentifikasikan sumber
potensial stres dari karyawan tersebut
(Rini, 2010):
1.
Pendekatan individual, strategi yang digunakan untuk individu. Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi
untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti
efektif adalah:
a.
Teknik-teknik
manajemen waktu Banyak orang mengelola
waktunya dengan buruk. Hal-hal yang
harus mereka selesaikan dalam hari atau pekan tertentu seharusnya selesai jika
mereka mengelola waktunya dengan baik.
·
Sumber
potensial stres dari individu
Lazimnya individu
hanya bekerja 40 sampai dengan 50 jam sepekan. Pengalaman dan masalah yang
dijumpai orang di luar jam kerja lebih
dari 120 jam tiap pekan dapat meluber ke pekerjaan. Berdasarkan survei nasional
secara konsisten menunjukkan bahwa orang menganggap hal pribadi dan keluarga
sangat berharga, sehingga mereka harus wajib menjaga hubungan antar keluarga.
Dalam sepekan ada waktu 1 atau 2 hari untuk bertemu dengan keluarga, maka
karyawan harus membantu individunya sendiri untuk mengatasi dengan lebih baik
ketegangan yang diciptakan oleh tuntutan pekerjaan tapi tetap mampu menjaga
keharmonisan keluarga dengan prinsip pengelolaan waktu.
b.
Meningkatkan
latihan fisik
Kebanyakan perhatian
dini atas stres pada individu diarahkan pada gejala fisiologis. Ilmu kesehatan
dan medis berkesimpulan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam
metabolisme, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan
menyebabkan serangan jantung. Latihan fisik non kompetitif seperti aerobik,
berjalan, jogging, berenang dan bersepeda telah direkomendasikan oleh para
dokter sebagai suatu cara untuk menangani tingkat stres yang berlebihan. Bentuk
latihan fisik ini meningkatkan kapasitas jantung, memberikan suatu pengalihan
mental dari tekanan kerja dan menawarkan suatu cara untuk melepas energi.
c. Pelatihan pengenduran (relaksasi)
·
Efek
psikologis individu yang paling sederhana dan paling jelas dari stres adalah
ketidakpuasan kerja.
Tetapi stres muncul
dalam keadaan psikologis lainnya, misal: ketegangan, kecemasan, mudah marah,
kebosanan dan suka menunda-nunda. Apabila individu ditempatkan dalam pekerjaan
yang mempunyai tuntutan ganda dan berkonflik atau dimana kurang adanya
kejelasan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab pemikul kerja, maka stres
dan ketidakpuasan akan meningkat.
Pelatihan pengenduran
ini seperti meditasi, hipnotis, dan feedback sasarannya adalah mencapai suatu
keadaan relaksasi yang dalam, dimana orang merasa santai secara fisik agak
terpisah dari lingkungan sekitar dan melepaskan diri dari sensasi tubuh.
Pengenduran yang dalam selama 15 atau 20 menit sehari melepaskan ketegangan dan
memberikan kepada individu rasa kedamaian yang mendalam. Pelatihan ini
dijadwalkan secara permanen oleh karyawan dalam seharinya, dan diberikan waktu
khusus pada saat waktu istirahat kerja karyawan.
d. Perluasan jaringan sosial
·
Dukungan
sosial yaitu kolegial dengan rekan kerja dapat menyangga dampak stres. Dukungan
sosial sebagai suatu pereda yang mengurangi efek negatif bahkan dari
pekerjaan-pekerjaan berketegangan tinggi.
·
Mempunyai
teman, keluarga atau rekan kerja yang mampu diajak bicara memberikan saluran
keluar bila tingkat stres menjadi berlebihan. Individu harus mampu memperluas
jaringan dukungan sosialnya untuk mengurangi ketegangan bekerja. Individu akan
lebih baik menemukan orang yang mendengarmasalah-masalahnya dengan suatu
perspektif yang lebih objektif terhadap situasinya. Manajemen juga sebaiknya
menyediakan konsultan bagi karyawannya dan mengadakan pertemuan antar karyawan
dan keluarganya secara terjadwal, karena dukungan yang tinggi mengurangi
kemungkinan bahwa stres kerja yang berat akan mengakibatkan hilangnya semangat
kerja.
2.
Pendekatan Organisasional
(strategi yang digunakan organisasi)
a. Perbaikan
seleksi personil dan penempatan kerja
Respon individu terhadap situasi stres berbeda-beda.
Pekerjaan tertentu yang penuh dengan stres belum tentu individu tersebut
mengalami stres demikian juga sebaliknya. Pengalaman atau tempat kedudukan
kendali eksternal mempengaruhi individu dalam menghadapi stres. Keputusan
seleksi dan penempatan hendaknya mempertimbangkan fakta ini, lebih baik
menempatkan individu pada pekerjaan yang dipahami secara matang oleh individu
baik resiko, keuntungan dan kendalanya. Dengan penempatan ini, pengalaman
individu merupakan
nilai tambah agar
karyawan tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik pada pekerjaan
berstres tinggi dan menjalankan pekerjaan tersebut dengan lebih efektif.
b. Penggunaan
penetapan tujuan yang realistis
Sejumlah besar riset
menyimpulkan bahwa individu-individu berkinerja dengan lebih baik bila mereka
mempunyai tujuan yang spesifik dan menantang dan menerima umpan balik mengenai
kemajuan mereka yang tepat kearah tujuan ini. Penggunaan tujuan dapat
mengurangi stres maupun memberi motivasi. Tujuan spesifik yang dipersepsikan sebagai
dapat dicapai akan memperjelas harapan kinerja, disamping itu umpan balik
tujuannya mengurangi ketidakpastian mengenai kinerja yang sebenarnya. Ini akan
mengurangi kurangnya frustasi karyawan, kedwi-artian peran, dan stres.
c. Perancangan ulang
pekerjaan
Mendesain ulang
pekerjaan untuk memberikan karyawan lebih banyak tanggung jawab, lebih banyak
kerja yang bermakna, lebih banyak otonomi, dan umpan balik yang meningkat dapat
mengurangi stres karena faktor-faktor ini memberikan kepada karyawan itu kendali
yang lebih besar terhadap kegiatan kerja dan mengurangi ketergantungan pada
orang lain. Desain ulang pekerjaan yang tepat untuk karyawan dengan kebutuhan
pertumbuhan yang rendah mungkin berupa pengurangan tanggung jawab dan
peningkatan spesialisasi. Jika individu lebih menyukai struktur dan rutin, maka
mengurangi keragaman ketrampilan seharusnya juga mengurangi ketidakpastian dan
stres.
d. Peningkatan
keterlibatan karyawan
Stres peran bersifat
merusak sebagian besar karena karyawan merasa tidak pasti mengenai tujuan,
harapan, bagaimana mereka akan dinilai, dan semacamnya. Dengan memberikan
kepada karyawan ini suatu suara dalam keputusan-keputusan yang secara langsung
mempengaruhi kinerja mereka, manajemen dapat meningkatkan kendali karyawan dan
mengurangi stres peran ini. Maka para manajer hendaknya mempertimbangkan
peningkatan keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan.
e. Perbaikan
komunikasi organisasi
Meningkatkan
komunikasi organisasional yang formal dengan para karyawan mengurangi ketidakpastian
karena mengurangi kedwiartian peran dan konflik peran. Pentingnya persepsi
berperan dalam meperlunak hubungan stres-respons itu, manajemen dapat juga
menggunakan komunikasi yang efektif sebagai cara untuk membentuk persepsi
karyawan. Apa yang dikategorikan oleh karyawan sebagai tuntutan, ancaman, atau
kesempatan hanyalah sekedar suatu penafsiran, dan penafsiran dapat dipengaruhi
oleh lambang-lambang dan tindakan yang dikomunikasikan oleh manajemen.
f. Peningkatan
program kesejahteraan korporasi
Menawarkan
program kesejahteraan yang didukung secara organisasi dan terfokus pada
keseluruhan kondisi fisik dan mental karyawan, misalnya program-program secara
khusus mengadakan lokakarya untuk membantu orang untuk berhenti merokok,
mengendalikan penggunaan alkohol, mengurangi bobot tubuh, makan dengan lebih
baik, dan mengembangkan suatu program latihan yang teratur, dimana kebanyakan
program kesejahteraan didasarkan para karyawan perlu memikul tanggung jawab
pribadi untuk kesejahteraan fisik dan mental mereka. Organisasi sekedar
merupakan wahana untuk memudahkan tujuan akhir ini.
1.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Stres Kerja
Ross dan
Altmaier (1994) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan munculnya stres kerja pada individu, yaitu faktor individual dan
faktor tempat kerja. Berikut akan dijelaskan kedua faktor tersebut secara
spesifik.
1.
Faktor
Individual
Pengalaman
seseorang di tempat kerja akan dipengaruhi oleh karakter kepribadian yang
dimilikinya. Ross dan Altmeier (1994) menjelaskan bahwa dalam faktor individual
ini, terdapat dua karakteristik kepribadian yang berpengaruh, yaitu pola
tingkah laku tipe A dan perasaan kontrol terhadap diri (sense of control).
Selain itu, faktor gender juga akan dibahas dalam faktor individual, meskipun
hal tersebut tidak termasuk ke dalam karakteristik kepribadian individu.
a.
Pola
tingkah laku tipe A
Kepribadian
tipe A memiliki karakteristik yang dicirikan lewat beberapa komponen, yaitu:
1). perasaan mengenai kepentingan waktu (sense of time urgency), dimana
individu ini selalu terdorong untuk melakukan lebih dari satu aktivitas dalam
waktu bersamaan, tidak sabar, atau berbicara dengan cepat. 2). adanya dorongan
agresif, yang bertujuan untuk mencapai suatu hal dan mengabaikan perasaan orang
lain serta memiliki sikap kompetitif. 3). Tingginya hostilitas, dimana individu
umumnya memiliki kecurigaan dan mudah marah terhadap orang lain. Individu yang
memiliki kepribadian tipe A akan rentan untuk mengalami stres kerja karena cara
pandang mereka terhadap dunia, misalnya marah akan pencapaian yang diperoleh orang
lain, tidak suka didukung oleh rekan kerja, atau kesulitan untuk menyesuaikan
tungkah lakunya dengan kondisi pekerjaan.
b.
Kendali
diri (sense of control)
Kontrol merujuk pada persepsi yang dimiliki individu
bahwa tindakannya akan berujung pada hasil tertentu, yang umumnya dianggap
penting bagi individu tersebut. Persepsi kontrol
yang dimiliki individu umumnya berlawanan dengan kontrol aktual, dimana
terkadang seseorang akan memiliki prediksi yang terlalu tinggi (overestimate)
terhadap kontrol diri, atau sebaliknya (tidak berada dalam kontrol diri
individu). Abramson (dalam Ross & Altmaier, 1994) menambahkan individu
dapat mengatribusikan kurangnya kontrol yang dimiliki ke dalam faktor internal atau
eksternal. Jika kurangnya kontrol muncul dari faktor internal, seperti kurangnya
kemampuan, maka perasaan tidak berdaya atau rendahnya self esteem akan
muncul; sedangkan jika hal tersebut muncul dari eksternal, misalnya orang lain,
maka perasaan ketidakberdayaan tersebut tidak akan
berdampak
sebesar faktor internal.
a.
Gender
Faktor
gender ini terutama terkait dengan perubahan peran wanita dalam lingkungan dan
pekerjaan, dimana pola hidup saat ini seringkali menuntut wanita untuk
bertanggung jawab terhadap keluarga maupun pekerjaannya secara bersamaan
(Smith, dalam Ross & Altmaier, 1994). Stres pekerjaan dapat berkaitan
dengan peran ganda yang dijalankan wanita, konflik dengan tanggung jawab rumah
tangga, atau kemungkinan pelecehan seksual dalam tempat kerja.
1.
Faktor Tempat Kerja
Menurut Ross
& Altmaier, 1994 (dalam Astari, 2012) terdapat beberapa faktor terkait
dengan tempat kerja yang dapat menyebabkan stres kerja, yaitu:
a.
Karakteristik
peran
Tekanan
terkait dengan peran ini muncul ketika ekspektasi dan keinginan yang dimiliki
individu bertabrakan dengan ekspektasi dan tuntutan organisasi. Menurut Ross
dan Altmaier (1994), terdapat empat karakteristik peran yang menyebabkan stres
kerja, yaitu: 1). Ambiguitas peran (role ambiguity), dimana adanya
informasi yang kurang jelas mengenai bagaimana individu seharusnya melaksanakan
tugasnya; 2). Peran yang terlalu berat (role overload), yang muncul ketika
individu tidak mampu untuk menyelesaikan pekerjaannya, baik ia tidak memiliki waktu
yang cukup ataupun ketika individu tidak memiliki ketrampilan yang cukup utuk menyelesaikan pekerjaan.; 3)
Peran yang terlalu ringan (role underload), yang muncul ketika seseorang
memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan peran yang dimilikinya. Hal
ini juga disebutkan oleh Greenberg (2002), dimana salah satu stressor yang
dimiliki oleh pekerja adalah kurangnya partisipasi yang dimiliki individu. Partisipasi
disini termasuk proses pengambilan keputusan, keterlibatan dalam issue-issue
yang dimiliki perusahaan, perasaan terancam terkait dengan pekerjaan, dan
perasaan mengenai self esteem. dan 4). Konflik peran (role conflict),
yang muncul ketika kepatuhan terhadap salah satu peran yang dimiliki
menjadikan kepatuhan terhadap peran lainnya menjadi sulit untuk dilaksanakan.
b.
Karakteristik
pekerjaan
Terdapat
empat karakteristik pekerjaan yang dapat terkait dengan stres kerja, yaitu: 1).
Kecepatan kerja (Work pace) yang terkait dengan apa atau siapa yang
mengontrol kecepatan kerja individu (misal: kecepatan mesin atau kecepatan
rekan lain); 2). Pengulangan kerja (repetition of work), dimana
aktivitas yang dilakukan akan diulangi terus menerus tanpa ada alternatif
aktivitas lain; 3). Pekerjaan dengan shift (shift work), yang berpengaruh
terhadap kondisi fisiologis dan psikologis seseorang. Individu memiliki sistem
tubuh yang berfungsi secara teratur untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dan
pola tidur. Secara psikologis, shift work dapat mengarahkan pekerja
untuk mengalami tekanan rumah tangga (ketiadaan pasangan, kesulitan mengasuh
anak) ataupun isolasi sosial (sulitnya bergaul dengan teman atau komunitas
tertentu); 4) atribut tugas, misalnya keberagaman tugas yang dimiliki, jumlah
persiapan ketrampilan yang dibutuhkan, atau tingkat tanggung jawab yang
dituntut untuk dalam penyelesaian tugas.
c.
Hubungan
interpersonal
Hubungan
interpersonal individu dapat mempengaruhi stres kerja yang dimiliki seseorang.
setidaknya terdapat tiga hubungan interpersonal, yaitu hubungan dengan rekan
kerja / kelompok kerja, hubungan dengan atasan, ataupun hubungan dengan klien /
pengguna jasa. Ketika individu memiliki hubungan yang kurang baik dengan rekan
kerja, maka mereka cenderung menyalahkan stres kerja yang dimiliki terhadap
rekan kerjanya tersebut.
d.
Struktur
organisasi
Terdapat
beberapa hal dari struktur organisasi yang dapat mempengaruhi stres kerja
individu, yaitu struktur organisasi (bagaimana individu terlibat dalam
pengambilan keputusan terkait dengan pekerjaan mereka), posisi dalam
organisasi, kultur organisasi (perasaan dan harapan yang dibagi antar anggota
organisasi), dan teritori organisasi (daerah pribadi yang dipergunakan
seseorang sebagai tempat bekerjanya)
e.
Manajemen
sumber daya
Dalam
faktor ini, beberapa hal yang dapat berpotensi menimbulkan stres kerja individu
adalah pada awal masuk tempat bekerja, dimana persepsi mengenai tempat kerja
berbeda dengan keadaan aktual. Selain itu hal lain yang dapat mempengaruhi
adalah terkait kurangnya training yang didapatkan individu, membangun
dan mempertahankan karier, umpan balik terhadap performa, reward, ketidakjelasan
pekerjaan di masa yang akan datang, serta transisi karier.
f.
Kualitas
fisik dan teknologi
Beberapa
sumber stres terkait kualitas fisik organisasi adalah faktor pencahayaan,
bising, suhu udara, getaran, polusi, dan faktor ergonomis.
1.
Dampak
Stres Kerja
Stranks
(2005) menyebutkan bahwa terdapat empat dampak dari stres terhadap individu,
dan mencakup beberapa area, yaitu:
1. Emosional: termasuk kelelahan, kecemasan,
dan kurangnya motivasi.
2.
Kognitif:mengakibatkan peningkatan
potensi individu untuk melakukan kesalahan, bahkan dapat berdampak pada
kecelakaan kerja.
3.
Tingkah laku: perubahan pada perilaku
berdampak pada memburuknya hubungan dengan rekan kerja, perasaan mudah marah, kesulitan
mengambil keputusan, absensi, dan konsumsi makanan atau alkohol yang berlebihan.
4.
Fisiologis: individu mengeluhkan
kesehatannya yang diasosiasikan dengan sakit kepala atau sakit dan nyeri umum.
Hal ini memicu naiknya tekanan darah, berkurangnya daya tahan, kondisi kulit,
dan gangguan pencernaan.
Pengalaman
Stres
Pengalaman
stres yang pernah saya alami pada waktu saya kuliah semester 2 menjelang Ujian
Tengah Semester ( UTS ). Sebelumnya saya menjelaskan dulu pada waktu itu saya
masih kecanduan dengan game online terutama dengan game online bernama audition
ayodance (Megaxus). Di dalam game online ini saya mempunyai sebuah komunitas
yang saya bangun bersama teman-teman saya yang sudah saya kenal sejak masih SMA
sebagian saya kenal dari awal saya bermain game online ini. Di audition
ayodance ini saya membuat club yang bernama L*, dan saya di dalam komunitas ini
menjabat sebagai Leader (Ketua), dalam komunitas ini mengangkat beberapa wakil
untuk mengurus club tersebut.
Pada
semester 2 saya jarang untuk bermain game online karena saya sudah terfokus
dengan kuliah saya dan saya memutuskan untuk menyerahkan club tersebut ke salah
satu wakil saya yang dapat saya percaya dan mampu untuk menjaga komunitas ini.
Pada suatu hari saya mendapatkan pesan singkat, chat di FB bahwa club saya itu
di hack sama orang, itu membuat saya terbangun dan kaget . akhirnya saya
mencoba logn in ke game online tersebut ternyata emang benar club sudah di
hack. Pada saat itu jabatan leadernya sudah di serahkan ke wakil saya itu dan
yang tau id wakil saya itu hanyalah wakil-wakil komunitas lainnya.
Setelah
itu saya mencoba menghubungi wakil yang megang jabatan leader tersebut,
ternyata susah saya hubungin dan saya pun menjadi panik dan stress. Pada jam 10
pagi waktu saat sedang berada di kampus barulah dia telepon saya, di situ saya
agak mau marah dan saya meminta mencari info yang terakhir logn in pakai id
dia. Dalam hari itu saya banyak sekalian yang menanyakan ke saya ada apa dengan
clubnya ? padahal saya sudah beberapa hari itu saya tidak logn in di game
online tersebut. Sehingga saya jadi tidak konsentrasi dan diam saja selama mata
kuliah berlangsung.
Beberapa
hari kemudian saya sangat terkejut bahwa wakil saya itu menuduh saya yang
menghack club saya sendiri dan menghasut-hasut anggota club saya, semua
teman-teman saya di dalam community yang saya tergabung di sana. Saya di sini
makin stress saja, saya berpikir saya tidak tau apa-apa dan jarang logn in game
tersebut malah saya yang di tuduh menghack club saya sendiri. Tetapi
teman-teman saya yang sudah mengenal dekat sama saya tidak percaya kalau saya
yang menghack club tersebut. Pada saat itu saya mencoba tidak memikirkan dahulu
masalah saya tersebut dan mencoba fokus kuliah saya karena pada saat itu mau
menghadapi ujian tengah semester.
Beberapa hari kemudian pada saat pulang kuliah, saya
melihat ada 2 orang yang menunggu saya di motor saya yang terpakir di parkiran
kampus G. Ternyata orang itu yang menyebarkan fitnah tersebut dan seorang
mahasiswi anak gunadarma juga cuman beda jurusan dengan saya yang mengkasih
info jadwal kuliah saya ke orang itu. Di sana dia meminta handphone saya dan
mulai memeriksa isi handphone saya mulai bbm sehingga pesan saya untuk mencari
bukti kalau saya yang menghack club tersebut , dan dia tidak mendapatkan apa
yang dia inginkan. Setelah itu datanglah satu anggota lain yang mengintrogasi
saya, di situ saya di ajak ke salah satu warnet yang dekat dengan kampus dan
dia meminta
saya untuk membuka semua email, pesan di fb dan seperti tadi dia tidak
mendapatkan apa yangdia inginkan . saya berpikir “ iyalah tidak ada apa-apa,
orang saya saja bukan yang hack” di dalam perjalanan saya melihat orang yang
fitnah saya sedang berdiskusi dengan orang yang baru datang tadi.
Setelah
itu orang yang baru datang ngomong sama saya” kenal dan temannya ma M* tidak?”
Saya jawab “kenal dia joki saya.” terus saya tanya tapi M* anak mana nih?”
Terus dia jawab “ anak J menurut info yang mereka dapat dia yang hack club
tersebut dan bekerjasama dengan saya”. Saya mikir loh kok anak J* padahal joki
saya itu anak B* saya hanya diam saja. Mungkin sudah tidak tau harus gimana
lagi kali ya. Pada saat di warung yang samping kampus saya masih di introgasi
sama mereka dan tetap saya tidak tau apa-apa dan lagi fokus kuliah, mungkin
karena kesal dengan saya orang yang fitnah saya ngajak berantem gitu saya hanya
diam saja . saya paling tidak suka dengan kekerasan.
Setelah
beberapa lama introgasi akhirnya orang yang fitnah saya mengambil handphone
saya tersebut sebagai jaminan dan meminta saya untuk mencari orang yang hack
tersebut. Di situ saya makin stress karena handphone tersebut punya bapak saya.
Setelah itu saya biarin handphone saya di bawa itu orang habis tidak imbang 3
VS 1. Nyampai rumah saya menceritakan kejadian itu dengan orang tua saya, dan
orang tua saya melarang untuk bermain game online lagi dan menghubungi apa pun
tentang game online tersebut.
Pada
waktu mengerjakan soal ujian tengah semester saya masih agak stress dan sangat
tidak konsentrasi akibat permasalahan tersebut dan banyak sekali yang tanya
pada saya soal kebenaran itu dan berakibat nilai ip saya turun dratis. Mungkin
sampai sekarang mereka masih memfitnah saya dan dia sukses menghasut-hasut
orang lain. Dan saya ambil hikmah dalam kejadian tersebut, cukup lama saya
mencoba terlepas dari stress tersebut sampai sekarang pun kalau saya mengingat
kejadian tersebut agak mau marah dan mengarah stress lagi mungkin.
Sekian
pengalaman stress yang pernah saya alami. Kalau ada kata-kata yang menyinggung
saya minta maaf.
Kisah
Mita Diran Lembur Kerja 30 Jam Hingga Meninggal Dunia
Merdeka.com - Hari
ini Indonesia dikejutkan dengan berita meninggalnya seorang talenta kreatif
Mita Diran, yang bekerja sebagai copywriter
(penulis naskah iklan) di agensi iklan Young & Rubicam. Mita diketahui tak
sadarkan diri setelah bekerja selama tiga hari berturut-turut.
Merdeka.com
- Kasus
terakhir adalah dari Indonesia yang menimpa salah seorang pekerja kreatif, Mita
Diran. Di usianya yang masih muda, Mita harus meninggal setelah bekerja selama
tiga hari berturut-turut dan sekitar 30 jam. Mita ditemukan tak sadar dan
mengalami koma setelah dilarikan ke rumah sakit sejak tanggal 15 Desember lalu.
Satu jam setelahnya, Mita dikabarkan meninggal dunia.
Hingga
saat ini belum keluar pengumuman resmi mengenai penyebab meninggalnya Mita
Diran. Namun dalam postingan yang dibuat oleh karyawan ayah Mita, Shalini,
dijelaskan bahwa penyebabnya adalah terlalu banyak bekerja serta terlalu banyak
minum kratingdeng yang pada akhirnya menyerang jantungnya.
Namun
dari penelusuran di sejumlah media sosial, posting terakhir Mita di akun
Twitternya @mitdoq tertulis "30 hours of working and still going
strooong". Posting itu dibuat pada 6.47 pm tanggal 14 Desember 2013. Sementara ayahanda Mita, Yani
Syahrial sempat membuat penjelasan di media sosil Path. "Hi everyone, since last night and until now my daughter who is
copywriter in Y&R lay in coma in RSPP. Chances not very good. She collapsed
after continous working overtime for 3 days last night. Working over limit. I
have no slept since then." Posting itu dibuat tanggal 15
Desember lalu.
Sebuah
komentar dari akun Shalini yang merupakan karyawan dari ayah Mita kemudian
menjelaskan, satu jam setelah postingan itu, Mita meninggal dunia. "An hour
after this massage from my Executive Creative Director, her daughter died. She
died because of too much of overtime working dan too much kratingdaeng attacks
her heart. May she rest in peace."
Mita Diran Sabet 3 Trofi Citra Pariwara
TEMPO.CO, Jakarta - Dua pekan sebelum meninggal, Mita Diran menyabet tiga trofi dalam festival periklanan Citra Pariwara. Ayah Mita, Yani Sjahrial, bercerita bila anak ketiganya itu meraih dua medali perak dan satu perunggu. "Mendapat tiga penghargaan sekaligus dalam satu ajang itu sungguh membanggakan," kata Yani, Selasa, 17 Desember 2013. "Makanya, Mita begitu semangat bekerja hingga lembur puluhan jam," ujar dia.
Dalam keluarga Yani, Mita memiliki dua kakak laki-laki dan satu adik perempuan. Namun, hanya Mita yang mengikuti jejak Yani untuk berkecimpung di dunia periklanan. "Mita memang anak tiri saya, tapi kami sangat dekat," katanya. "Dia juga selalu berkonsultasi dengan saya tentang proyek yang sedang digarap."
Menurut Yani, Mita sudah kreatif sejak kecil. Dia juga gemar membaca. Novel Harry Potter yang tebalnya mencapai 500 halaman bisa ia khatamkan dalam sehari. Mita juga lebih lancar berbicara dalam bahasa Inggris ketimbang Indonesia. "Dari umur 4 hingga 10 tahun Mita sekolah di Australia, dia hanya berbicara Indonesia dengan ibunya, di rumah," kata Yani.
Mita telah berkecimpung dalam pekerjaannya selama empat tahun. Sepanjang itu, Yani melanjutkan, Mita tidak pernah mengeluh. Bahkan, ia rela lembur belasan hingga puluhan jam untuk menyelesaikan proyeknya. "Bekerja hingga berhari-hari di kantor pun hal yang biasa dalam advertising," kata Yani sambil menambahkan, "Bukan karena tuntutan perusahaan, tapi kami bersemangat segera menyelesaikan proyek."
Mita Diran telah bekerja di Young & Rubicam selama dua tahun. Sebelumnya, perempuan kelahiran 16 April 1986 itu bekerja pada perusahaan periklanan internasional di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, semangat kerja Mita harus berhenti ketika tubuhnya melemah dan meninggal pada Ahad pagi, 15 Desember 2013.
Apa penyebabnya?
Dari beberapa kasus diatas,
maka dapat dianalisa bahwa jenis stress yang terjadi pada beberapa kasus diatas
adalah distress yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Faktor yang menyebabkan seseorang dapat
mengalami stress di tempat kerja diantaranya:
1. Faktor yang menyebabkan stress kerja, diantaranya:
a. Faktor Individu
·
Kepribadian tipe
A
Tipe kepribadian ”A” merupakan tipe
kepribadian yang beresiko tinggi terkena
stres. Mita Diran termasuk seseorang yang memiliki
keperibadian tipe A. Menurut Rosenmen & Chesney (1980) menggambarkan
ciri-ciri tipe kepribadian ini sebagai berikut: Ambisius, ini
terkait dengan Mita mendapat tiga penghargaan sekaligus dalam satu ajang, hal
itu yang membuat Mita begitu semangat bekerja hingga lembur puluhan jam. Bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak mengenal waktu, lebih
suka bekerja sendiri bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat
tenang (tidak rileks), serba tergesa-gesa, berusaha keras untuk segala sesuatunya
terkendali. Hal itu merupakan ciri-ciri orang yang bekerja di
bidang advertising yang dikejar oleh deadline. Sebagai contohnya, klien bisa
sewaktu-waktu datang membawa proyek di sore hari saat pekerjaan tengah
banyak-banyaknya. Sudah datangnya mendadak, klien umumnya meminta proyek itu
diselesaikan dalam waktu dekat.
·
Kontrol diri
Kontrol
merujuk pada persepsi yang dimiliki individu bahwa tindakannya akan berujung pada hasil
tertentu, yang umumnya dianggap penting bagi individu tersebut.
·
Gender
Faktor
gender ini terutama terkait dengan perubahan peran wanita dalam lingkungan dan
pekerjaan, dimana pola hidup saat ini seringkali menuntut wanita untuk bertanggung jawab
terhadap keluarga maupun pekerjaannya secara
bersamaan (Smith, dalam Ross & Altmaier, 1994). Stres pekerjaan dapat berkaitan dengan peran
ganda yang dijalankan wanita.
b. Faktor Tempat Kerja
·
Karakteristik
Peran
Tekanan terkait dengan peran ini
muncul ketika ekspektasi dan keinginan yang dimiliki individu bertabrakan dengan ekspektasi dan
tuntutan organisasi. Menurut Ross dan Altmaier (1994), karakteristik peran yang
menyebabkan stres kerja, salah satunya yaitu: Peran yang terlalu berat (role
overload), yang muncul ketika individu tidak mampu untuk menyelesaikan
pekerjaannya, baik ia tidak memiliki waktu yang cukup ataupun ketika individu
tidak memiliki ketrampilan yang cukup
utuk menyelesaikan pekerjaan. Role overload ini akan mengakibatkan
seseorang akan bekerja over time yang
mengakibatkan kurangnya tubuh untuk beristirahat, dimana tubuh membutuhkan
istirahat setelah 8 jam bekerja, tetapi beda halnya dengan Mita yang tetap
meneruskan pekerjaannya hingga 30 jam. Ini menunjukkan Mita bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya.
·
Karakteristik Pekerjaan
atau Tugas
Terdapat empat karakteristik pekerjaan yang dapat
terkait dengan stres kerja, yaitu: 1). Kecepatan kerja (Work pace) yang
terkait dengan apa atau siapa yang mengontrol kecepatan kerja individu (misal:
kecepatan rekan lain); 2). Pengulangan kerja
(repetition
of work),dimana aktivitas yang dilakukan akan diulangi terus menerus tanpa
ada alternatif
aktivitas lain; 3). Pekerjaan dengan shift (shift work), yang berpengaruh terhadap kondisi
fisiologis dan psikologis seseorang. Individu memiliki sistem tubuh yang
berfungsi secara teratur untuk menjalankan aktivitas
sehari-hari dan pola tidur; 4) atribut tugas, misalnya keberagaman tugas yang dimiliki,
jumlah persiapan ketrampilan yang dibutuhkan,
atau tingkat tanggung jawab yang dituntut untuk dalam penyelesaian tugas.
Deadline kerja yang cukup pendek tetapi dengan tugas yang
banyak, hal tersebut dapat memicu seorang pekerja mengalami stress karena
mereka harus lembur di kantor. Jenis pekerjaan yang menuntut deadline diantaranya orang yang bekerja
di bidang advertising. Bahkan dari
mereka ada yang sampai menginap di kantor demi mengejar deadline dari atasan. Yang seharusnya jam istirahat digunakan untuk
istirahat, tetapi para pekerja holic
ini memilih untuk tetap bekerja tanpa memperdulikan waktunya untuk istirahat.
Bahkan mereka juga sering menunda untuk makan. Tak hanya itu, mereka juga
sering mengonsumsi
minuman berenergi juga bisa menambahkan stres pada organ tubuh. Ketika tubuh
sedang lelah dan seseorang minum minuman berenergi, organ tubuh akan dipaksa
untuk bekerja lebih keras meski tengah kelelahan.
·
Hubungan
Interpersonal
Hubungan
interpersonal individu dapat mempengaruhi stres kerja yang dimiliki seseorang.
setidaknya terdapat tiga hubungan interpersonal, yaitu hubungan dengan rekan kerja /
kelompok kerja, hubungan dengan atasan, ataupun
hubungan dengan klien / pengguna jasa. Ketika individu memiliki hubungan yang kurang baik dengan
rekan kerja, maka mereka cenderung menyalahkan stres kerja yang dimiliki
terhadap rekan kerjanya tersebut.
·
Struktur
Organisasi
Terdapat
beberapa hal dari struktur organisasi yang dapat mempengaruhi stres kerja
individu, yaitu struktur organisasi (bagaimana individu terlibat dalam pengambilan keputusan
terkait dengan pekerjaan mereka), posisi dalam
organisasi, kultur organisasi (perasaan dan harapan yang dibagi antar anggota organisasi), dan teritori
organisasi (daerah pribadi yang dipergunakan
seseorang sebagai tempat bekerjanya). Struktur organisasi ini
juga harus diketahui oleh para pekerja. Dari struktur organisasi ini nantinya
aka nada pembagian kerja di bidang yang memang sudah ada ahlinya. Diharapkan
nantinya semua pekerja bisa bertanggung jawab dengan peran dan tugasnya.
Sehingga nantinya tidak ada ambiguitas di dalam pekerjaan. Karena tugas dan
peran sudah diatur di awal mereka masuk dunia kerja.
·
Manajemen Sumber
Daya
Dalam
faktor ini, beberapa hal yang dapat berpotensi menimbulkan stres kerja individu
adalah pada awal masuk tempat bekerja, dimana persepsi mengenai tempat kerja berbeda
dengan keadaan aktual. membangun dan mempertahankan karier, umpan balik terhadap performa, reward,
ketidakjelasan pekerjaan di masa yang akan
datang, serta transisi karier.
Diketahui bahwa sebelum bekerja di Y&R (Young & Rubicam), Mita
telah bekerja di Kuala Lumpur dibidang periklanan internasional, dengan kondisi
tempat kerjaan yang baru pastinya perlu adanya adaptasi juga dengan rekan kerja.
Jika adaptasi dengan lingkungan kerja yang baru tidak dapat berjalan dengan
baik maka akan mengakibatkan stress. Dalam hal ini juga Mita ingin
mempertahankan kariernya sebagai copywriter
yang digelutinya dengan memberikan hasil yang terbaik untuk Y&R, ini juga
yang membuat Mita harus lembur dan bekerja nonstop seharian full bahkan hingga
30 jam. Hasil kerja keras itu ternyata membuahkan hasil, dimana Mita
mendapatkan 3 buah penghargaan sekaligus di bidang Citra Pariwara.
·
Kualitas Fisik
dan Teknologi
Beberapa sumber stres terkait
kualitas fisik organisasi adalah faktor pencahayaan, dan telah
diketahui pekerjaan di bidang advertising
adalah pekerjaan yang mengandalkan teknologi komputer, untuk itu bekerja tanpa
henti di depan komputer tidaklah baik untuk para pekerja.
Kesimpulan
Beberapa pola
yang sama terjadi pada kasus tersebut, antara lain karyawan yang tak cukup
tidur, tidak tidur selama tiga hari dan terus bekerja. Selain itu, salah satu
kasus juga menyebutkan adanya konsumsi minuman berenergi. Meski penelitian belum menemukan
adanya orang yang meninggal karena kurang tidur sebagai alasan tunggal, namun
nyatanya kurang tidur tak bisa diremehkan. Kurang tidur diketahui bisa
menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh. Tak hanya itu, kurang tidur juga
memicu produksi hormon cortisol atau hormon stres yang juga memicu kinerja
jantung yang lebih cepat. Penelitian yang dilakukan oleh University College
pada tahun 2012 mengungkap bahwa stres yang berlebihan bisa mengeraskan
pembuluh darah arteri. Nantinya hal ini juga bisa menyebabkan serangan jantung.
Hal tersebut
terjadi terutama ketika seseorang terlalu memforsir tubuhnya untuk bekerja dan
kurang istirahat. Tak hanya itu, mengonsumsi minuman berenergi juga bisa
menambahkan stres pada organ tubuh. Ketika tubuh sedang lelah dan seseorang
minum minuman berenergi, organ tubuh akan dipaksa untuk bekerja lebih keras
meski tengah kelelahan.
Pemicu lain
terjadinya serangan jantung dan kematian mendadak adalah kebiasaan bekerja
terus-menerus dalam kondisi duduk. Meski terlihat remeh, namun duduk terlalu
lama, terutama dengan dibarengi bekerja nonstop tanpa istirahat juga bisa
memicu beberapa penyakit seperti jantung, diabetes, dan lainnya. Dalam waktu
yang lama, kebiasaan terlalu lama duduk dan tidak cukup olahraga saat bekerja
juga bisa menyebabkan serangan jantung.
Bisa jadi
kematian setelah bekerja secara nonstop tak disebabkan oleh satu penyebab saja,
namun merupakan gabungan dari banyak pemicu. Mulai dari kurang tidur, stres,
tubuh yang kelelahan, serta mengonsumsi minuman berenergi atau melakukan
kebiasaan merokok. Tak hanya itu, faktor kebugaran, daya tahan, dan kekebalan
tubuh seseorang juga ikut menentukan. Kasus-kasus ini menjadi peringatan bagi
semua orang yang masih sering bekerja lembur dan tidak memperhatikan kesehatan
mereka. Bekerja keras memang tak masalah, namun sebaiknya tetap perhatikan
kesehatan tubuh.
Sejumlah pekerja menjadikan tempat bekerja sebagai rumah kedua. Untuk itu,
pekerja mesti merasa nyaman dengan kondisi kantor. Manajemen perusahaan harus memerhatikan tingkat stres
karyawannya saat menerapkan aturan manajemen kantor. Ada tiga hal yang mesti
diperhatikan perusahaan untuk mengatur stres pekerjanya yaitu:
1. Sisi Organisasi. Hal-hal seperti struktur
organisasi yang tidak jelas, deskripsi pekerjaan yang tidak menentu, dan
tenggat waktu dapat memicu stres bagi pekerja.
2. Faktor Kualitas Fisik dan Teknologi, seperti kondisi ruangan kantor,
seperti bekerja tanpa
henti di depan komputer tidaklah baik untuk para pekerja.
3. Hubungan antar manusia di lingkungan kerja. Dimana
antar rekan kerja harus saling mendukung satu dengan yang lainnya. Ketiga hal ini mesti diperhatikan
supaya para pekerja semakin betah bekerja.
Perusahaan
harus mengelola tiga hal ini dengan baik. Bukan melulu mengejar target dari
pegawainya, jika ketiga hal ini diatur dengan baik, produktivitas pegawai
perusahaan pun akan semakin meningkat. perusahaan memanusiakan karyawannya, stres. Ditambah lagi, perusahaan sering kali
memunculkan manajemen konflik supaya para pegawainya berkompetisi. Akibatnya,
tingkat stres pegawai semakin tinggi. Ini tidak bisa dianggap enteng. Saat ada
manajemen konflik, lalu malah menimbulkan iri dan menjatuhkan mental pegawai,
orang itu bisa tidak happy karena lingkungan kerjanya sama sekali
tidak sportif. Jika ingin menerapkan manajemen konflik, perusahaan mesti melihat
karakter setiap pegawainya. Setidaknya, pegawai mesti memiliki keterampilan
komunikasi yang baik. Dengan begitu, manajemen konflik yang diciptakan tidak
menjadi bumerang bagi perusahaan itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
·
http://viyan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/15113/2_WEWENANG,+DELEGASI+DAN+DESENTRALISASI.pdf
(Diakses tanggal
20 Desember 2013).
·
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/18/215538291/Copywriter-Mita-Diran-Kreatif-Sejak-Kecil
(Diakses tanggal 15 Desember 2013).
·
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/18/215538299/Mita-Diran-Sabet-3-Trofi-Citra-Pariwara
(Diakses tanggal 15 Desember 2013).
·
http://www.merdeka.com/peristiwa/pekerja-iklan-mita-meninggal-setelah-30-jam-bekerja-nonstop.html
(Diakses tanggal 15 Desember 2013).
·
Astari, I.D (2012). Manejemen stress kerja dengan intervensi kelompok pada staf pengasuh
KDM. Diakses pada http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301349-T30584-Intan%20Dian%20Astari.pdf (Diakses tanggal 20 Desember 2013).
·
Basuki, Heru. (2008). Psikologi umum. Depok: Universitas
Gunadarma.
·
Munandar,
A.S. (2008). Psikologi industri dan
organisasi.Jakarta: UI-Press.
·
Rini. (2010). Pendekatan
yang digunakan dalam mengatasi stres
kerja pada suatu organisasi.
Diakses pada http://portal.kopertis2.or.id/jspui/bitstream/123456789/263/1/Rini23.pdf
(Diakses tanggal 20 Desember 2013)